Wednesday, June 29, 2016

Ternyata Pembantuku Masih Perawan


Ternyata Pembantuku Masih Perawan
Hari itu hari dimana aku terpaksa kembali memberhentikan pembantu rumahku untuk yang ke sekian kalinya. Habis mau bagaimana lagi? Walau sudah gonta-ganti pembantu dari yayasan tapi tetap saja tidak ada yg bisa bekerja sesuai dengan apa yang aku harapkan. Dari mulai bekerja seenaknya udelnya sendiri, tidak telaten, bahkan sampai ada yg kerjanya cuman ngegosip saja sama tetangga. Hadoooh… Memang benar kata temanku, nyari pembantu itu ga jauh beda dengan nyari jodoh ternyata…

Walaupun sudah empet rasanya untuk nyari pembantu lagi, tapi apa boleh buat, aku dan istriku sama-sama pekerja kantoran jadi untuk urusan pekerjaan rumah tangga sudah tentu kami berdua tidak punya cukup waktu untuk melakukannya apalagi urusan menjaga anak? Beruntung selang beberapa hari sejak pembantuku yg terakhir itu ku berhentikan mertuaku mengabari bahwa pembantu yg sedang bekerja dirumahnya punya saudara yang sedang butuh pekerjaan. Singkat kata aku-pun langsung menerima pembantu yg ditawari mertuaku itu untuk bekerja di rumahku.

Namanya Nia, masih lugu, umurnya-pun masih 16 tahun dan dia baru 1 tahun pengalaman menjadi pembantu rumah tangga. Waktu awal-awal bekerja dirumahku aku tidak terlalu memperhatikan dia karena kupikir ah mungkin sama saja dengan pembantu2 sebelumnya. Namun setelah satu bulan bekerja mau tidak mau terlihat juga sifat-sifat aslinya…

Diluar dugaan, Nia ternyata anak yg sungguh rajin bekerja. Dia penuh dengan inisiatif dan juga telaten menjaga si kecil yg baru berumur 2 tahun itu. Aku sempat tersenyum gembira karena merasa dia adalah pembantu yg selama ini aku harapkan. Aku pun merasa sayang bila suatu saat nanti kehilangan dia dari rumahku. Karena ya tadi itu, sangat susah mencari pembantu yg sesuai harapan di jaman sekarang ini.

Niatku untuk membuat Nia betah bekerja dirumah aku sampaikan juga kepada istriku dan diapun langsung setuju karena memang, istriku juga merasa Nia adalah pembantu yg tepat bagi keluarga kami.

Untuk membuatnya betah bekerja, semua kebutuhan bulananya kami penuhi. Dari uang jajan harian, hal2 kecil seperti sabun mandi dan odol sampai parfum dan handbody yg seharusnya hanya untuk kecantikan-pun tidak segan2 kami belikan untuknya. Benar saja, Nia begitu betah bekerja di rumahku dan tak terasa sudah 1 tahun dia bekerja tanpa ada tanda2 kalau dia jenuh atau tidak senang bekerja untuk keluargaku.

Karena semua kebutuhan termasuk alat2 kecantikanpun kami berikan kepada dia, Nia menjadi rajin merawat diri. Nah, suatu waktu ketika aku, anakku dan dia sedang pergi jalan-jalan ke sebuah mall, terbersit niatku untuk menyenangi dia dengan mengajaknya ke salon untuk memotong rambutnya yg sdh kelewat panjang dan kurang terurus itu. Awalnya dia menolak karena merasa malu dan tidak enak, tapi karena aku paksakan akhirnya dia mau juga.

Satu jam menunggu dia di Salon aku habiskan dengan anakku di sebuah playland yang ada di mall itu. Begitu selesai akupun kembali ke salon untuk menjemput Nia. Tapi Ya ampun….. Aku begitu kaget melihat dia dan rambutnya yang baru di potong itu berdiri di depanku… Dia begitu cantik! Ya, cantik! Bukan hanya manis, tapi benar2 cantik sekali sampai aku terdiam menganga beberapa detik seperti layaknya orang yg baru saja melihat keajaiban.

Perjalanan pulang dari mall, aku tidak begitu konsen menyetir. Dari td aku selalu mencuri-curi pandang untuk memperhatikan Nia dengan penampilan barunya itu. Potongan rambutnya pendek sebahu, rapih dan berkilau. Aku bisa dengan jelas melihat wajahnya yang putih dan mulus itu… Eh tunggu dulu? Putih dan mulus?? Apa aku tidak salah lihat? Seingatku dia dulu biasa saja, kusam malahan? Apa karena produk2 kecantikan itu memberikan efek yg sedemikian rupa? Atau rambutnya yg panjang yg selama ini secara tidak langsung menyembunyikan kecantikannya? Atau mungkin aku saja yang selama ini tdk memperhatikan dia dengan baik?? Ahhhhhh… Bodo amat lah. Yang jelas ada wanita muda dan cantik sedang duduk disampingku.. Tidak, bukan hanya itu. Tapi dia akan selalu ada serumah denganku kan?.

Lampu merah masih menyala. Ada angka 90 tertulis di panel LED yang terletak diatasnya menadakan cukup waktu bagiku untuk lebih detil lagi melirik si cantik Nia yg sedang kerepotan mengatur duduk si kecil di pangkuannya. Ku perhatikan wajahnya sekali lagi dengan rasa yang masih tidak percaya. Memang ternyata aku tidak salah lihat tadi. Dia benar2 cantik sekali…

Lalu perlahan-lahan pandanganku mulai penasaran melirik turun ke arah lehernya yg juga jadi terlihat jelas karena potongan rambut barunya itu. Oh my god, Lehernya ternyata jenjang… Mungkin karena dia rajin bekerja jadi otomatis tubuhnya-pun terbentuk proporsional dengan sendirinya. Tidak heran memang.

Puas melihat lehernya yg jenjang itu, bola mataku kembali penasaran. Kali ini mulai turun lagi dari lehernya yg indah itu menuju bagian dadanya yg ternyata juga membuat aku terpana… Oh shit! Dadanya begitu padat dan berisi. Cukup besar untuk umurnya yang baru 16 tahun itu. Malah lebih besar dari punya istriku sepertinya? Ada apa ini? Apa aku sedang bermimpi? Kenapa baru sekarang aku ngeh dengan fisik pembantuku ini??

Malam itu jadi malam yang paling menyiksa buatku. Walau sudah mencoba mengalihkan pikiran ke hal-hal yang lain tapi tetap saja, yang kupikirkan hanyalah wajah cantik Nia dari td. Lama2 lamunankupun mulai menjurus ke arah yang tidak2. Aku mulai membayangkan kalau saat ini yg sedang tidur disampingku ini adalah Nia dan bukan istriku.

Aku mulai berangan-angan untuk bisa sekedar merasakan hangat tubuhnya dipelukanku..
Hari demi hari berlalu aku semakin penasaran dibuatnya. Nia begitu lugu. Oh ya, dia ternyata sudah 17 tahun loh. Aku lupa kalau sampai saat ini dia sudah bekerja setahun lebih di keluargaku. Dia sudah dewasa tentunya kan? Artinya semakin matang penampilannya dimataku.

Aku mulai mencari cara dan kesempatan agar bisa bersentuhan dengannya. Saat dia lagi di dapur misalnya. Memang dapurku itu kebetulan cukup sempit untuk lebih dari 1 orang berada didalamnya. Tapi dengan dalih mau mengambil gelas dan piring aku usahakan bisa masuk untuk sekedar bisa memeluk Nia dari belakang walau terkesan hanya demikian.

Tidak puas dengan hanya bersentuhan seperti itu aku mulai berpikir lebih jauh… Ah ide kecil pun akhirnya muncul di kepalaku yg mulai ngeres ini. Bagaimana kalau aku pura2 saja merasa pegal2 dan minta Nia untuk memijatku. Hmmmm… Ide yg masuk akal sepertinya ya?

Diluar dugaan, Nia ternyata dengan enteng menerima permintaanku untuk dipijat. Dia bilang waktu di kampung dia memang sering disuruh memijat orang tuanya. Wuahhhh…rasa-rasanya ingin teriak girang sekali saat itu. Ideku ternyata disambut dengan mulusss…

Dengan bertelanjang dada, punggunggu dipijat Nia dengan lembutnya. Harus kuakui kalau dia memang bukan pemijat professional. Tapi bukan itu kan yg aku harapkan kan? Aku cuman ingin merasakan sensasi sentuhan jari2 Nia di tubuhku dan untungnya memang itu yg kudapatkan saat ini.

Setelah puas merasakan hangatnya tangan Nia yang telaten itu aku tiba2 punya ide yg lebih konyol lagi. Aku minta dia untuk memijat dadaku. Ya dadaku! Aneh memang kalau dia pemijat professional pasti akan bertanya2 mungkin.

Nia dari awal memijat punggungku dari belakang. Aku duduk bersila sedangkan dia setengah berdiri dengan kedua kakinya di tekuk di lutut. Saat itu aku berpikir bila kusuruh dia memijat dadaku maka mau tidak mau tubuhnya akan menempel dengan punggunggku agar tangannya dapat menggapai dadaku dr belakang. Dan benar saja… Oh dear, gunung kembar, padat dan berisi itu akhirnya menyentuh bagian belakang kepalaku… Hangat… seperti melayang rasanya…

Semakin Nia berusaha memijat dadaku dari belakang maka semakin aktif dada montoknya itu menggesek2 belakang kepalaku. Owhhh semakin terlena aku dibuatnya karena merasakan seolah kepalaku sedang ikut dipijat. Bukan dengan tangan, tapi dengan kedua payudara montoknya yang kuidam-idamkan itu!

Selama 10 menit kubiarkan kepalaku digesek-gesek oleh payudaranya. Untungnya Nia begitu lugu untuk berpikir bahwa aku sedang menikmati pijatan payudaranya itu dan dengan semangat terus memijat2 dadaku dengan aktif. Seperti disurga rasanya…

Bukan hanya kepalaku yg mulai pusing memikirkan ide2 konyol berikutnya tapi “kepala” di bawahku-pun sudah mulai bergeliat memberontak. Ahhh… That’s it! Aku sudah tidak tahan lagi dan ini berarti aku ingin lebih!

Secara tiba2 aku tarik tangan nia dari dadaku dan ku remas lembut telapak tangannya. “Sudah ya pak?” Tanyanya, berpikir bahwa tindakan yang baru saja aku lakukan itu menandakan kalau aku ingin meyudahi pijatannya. “Emm… Iya Nia, tapi saya mau kamu pijetin saya yg lain” balasku agak sedikit kagok.
“Oh iya pak, mau dipijet yang mana lagi?” Tanyanya tanpa rasa curiga sedikitpun.
Sudah kepalang tanggung, ku tarik telapak tangannya dan kuarahkan masuk ke dalam celana pendekku sampai jarinya menyentuh barang kemaluanku yg dari tadi sudah berdiri tegak mengacung.

Nia kaget bukan main, secara reflek ditariknya tanggannya keluar dari celanaku. Tapi karena tanganku masih memegang erat pergelangan tanggannya, tangan Nia tidak bisa sepenuhnya keluar.
“Bapak jangan begini Pak! Nia ngga mau” pintanya dengan memelas seperti ingin menangis. Jantungku mulai deg2an. Aku mulai berpikir dengan logika, aduh bagaimana ini? Bagaimana kalau nanti dia melapor ke istriku? Bisa hancur rumah tanggaku yang baru seumur jagung ini? Hadooohhh… Tapi kalaupun aku sudahi sampai disini belum tentu juga dia tidak akan melapor?? Ahhh.. Benar2 kepalang tanggung sepertinya!

“Kenapa Nia? Ga papa koq. Saya cuman minta dipijet aja” dengan suara pelan dan kubuat semanis mungkin.
“Pak Nia takut… Nanti Nia dimarahi Ibu” balasnya dengan masih memelas.
“Ga lah Nia, kan ibu ga tahu? Ya kamu jangan bilang2 ke dia nanti. Kan kamu tahu sendiri ibu orangnya bagaimana?” Kali ini ada sedikit nada ancaman di suaraku dengan harapan dia terlalu lugu untuk tidak menyadari ancamanku yg tidak masuk akal itu.
“Ehhhh… Iy..iya Pak….” jawabnya lirih. Sepertinya ancamanku termakan olehnya. Nia memang begitu segan dengan istriku karena bila ada sesuatu yg istriku tdk suka maka dia tidak segan2 untuk memarahi pembantuku itu.

Ku tarik kembali tangan Nia dan kuarahkan jari2nya untuk menggengam batang kemaluanku. Kali ini dia diam saja. Sangking diamnya malah tangan kecilnya itu tidak melakukan apa2 terhadap kemaluanku.
“Ayo Nia, koq kamu diam aja. Kan saya minta dipijetin” pintaku dengan nada memaksa. Jari2nya pun mulai bergerak tidak beraturan. Ah memang terlalu lugu pembantuku yang satu ini…

Nia perlahan-lahan mulai mengerti apa yang ku maksud. Tangannya yang mungil itu mulai menggenggam batang kemaluanku dengan penuh dan mengocoknya pelan. Aku pandu dia dengan desahan kecilku. Setiap dia melakukan pijatan yang benar aku sengaja mendesah lebih keras agar dia tahu aku menikmati itu.

5 menit berlalu, pijatan Nia semakin sempurna. Batang kemaluanku semakin mengeras dan berharap diperlakukan lebih lagi olehnya. Sepertinya bila aku meminta lebihpun dia akan terpaksa memenuhinya pikirku saat itu.
“Udah Nia. Kita pindah ke kamar saya aja ya. Ga enak posisi saya begini nanti malah saya pegal2 lagi” ajakku dengan nada tetap memaksa.
Tanpa menunggu jawaban dari dia, aku langsung berdiri berjalan ke arah kamarku lalu tidur bersandar diatas springbed tempat aku dan istriku biasa tidur.

Berselang beberapa detik kemudian Nia masuk menyusul. Wajahnya tertunduk. Tidak begitu jelas kulihat wajahnya apakah dia sedang menyembunyikan matanya yg kemungkinan sedang basah dengan air mata. Ah, aku tidak mau ambil pusing. Aku tarik tanggannya kembali dan aku arahkan dia duduk berlutut di samping pinggul kiriku. Tangannya ku arahkan kembali untuk meremas batang kemaluanku yang kini dengan jelas mengacung bebas di hapannya.

Nia kembali memijat naik turun dan meremas2 batang kemaluanku tanpa kusuruh. Sudah paham betul sepertinya dia sekarang.
“Pijetnya agak sedikit cepat ya…” pintaku seperti memelas karena sedang keenakan dengan apa yg sedang Nia lakukan. Dia masih diam saja, tapi menuruti dengan baik.

“Oohh…ahhh… Enak Nia” desahku tak karuan. Lama2 puncak kenikmatan itu mulai berangsur-angsur datang. Sebentar lagi aku akan orgasme. Tapi memang dasar otakku sudah ngeres betul. Ku pegang leher Nia dan kupaksa menunduk ke arah kemaluanku itu dengan harapan dia mau mengulumnya.
“Kamu hisap2 ya! Buruan!” pintaku memaksa. Mungkin karena takut, langsung dilahapnya kepala kemaluanku itu yang membuat aku sempat menggelinjang sedikit karena merasakan hangatnya mulut dan air liur Nia. Ohhhh nikmat tiada tara….

Kuluman demi kuluman membuat batang kemaluanku semakin berdenyut2 kencang. Arghhh aku ingin tahan lebih lama lagi tapi ternyata tidak bisa. Kombinasi pijatan keras di batang kemaluanku dan hisapan2 kencang mulut Nia akhirnya membuat aku orgasme. Crot! Cairan hangat itu melimpah keluar dan memenuhi mulut Nia seketika. Nia terkaget bukan main, dia terbatuk tersendak dan menarik wajahnya menjauhi batang kemaluanku. Kubiarkan saja, karena kupikir aku tidak ingin membuatnya menderita lebih dari ini lagi…

Nia berlari ke kamar mandi, dan kudengar dia muntah2 berusaha mengeluarkan spermaku yang sepertinya tertelan olehnya.
Ku tunggu sampai pintu kamar mandi terbuka dan dia keluar. Nia kaget melihat aku sudah berdiri di depannya. Bisa kulihat matanya sembab seperti habis menangis.
“Nia, kamu ga papa kan. Jangan sampe kamu cerita sama ibu ya! Soalnya bukan hanya saya, kamu juga pasti akan di amuk ibu nanti kalau kamu cerita! Paham!” Teriakku dengan nada yg tidak terlalu tinggi.
“Iya pak… Nia ga cerita” balasnya lirih.
“Tapi nanti kalau Nia hamil bagaimana pak? Nia takut…” Dengan lugunya dia bertanya.
“Hamil? Ga bakalan lah Nia. Hamil itu kalau saya masukin punya saya kedalam punya kamu itu dan saya keluarin seperti yg saya keluarin tadi di mulut kamu. Baru kamu bisa hamil!”.
“Iy…iya pak.. Maaf” balasnya dengan pelan terkagok-kagok lalu menunduk.
“Ya sudah, kamu istirahat saja sana. Nanti besok2 kalau saya minta dipijetin kamu sudah tahu kan?” Sambungku sambil berjalan melengos tanpa menunggu jawaban darinya.

Aku-pun kembali masuk ke kamar tidurku. Sambil merebahkan diri kuingat2 kembali sensasi yang baru saja kurasakan… Oooh nikmatnya bikin kemaluanku mulai berdiri kembali. Ku kocok2 sampai muncrat dan akupun mulai tertidur pulas…..

Besok aku pikirkan lagi bagaimana caranya menikmati pembantuku yang cantik ini…

Sudah seminggu lebih semenjak kejadian kemarin itu berlalu tapi aku mencoba bersikap seperti biasa kepada Nia. Walaupun begitu, tidak dapat kupingkiri kalau Nia memang jadi berbeda dari biasanya. Setiap berpapasan atau disaat aku meminta dia mengerjakan sesuatu, yang biasanya dijawab dengan riang kini dijawab hanya dengan anggukan kecil saja. Sempat khawatir juga kalau dia tiba-tiba retak dan memblowup kejadian kemarin itu ke istriku. Waduh aku tidak bisa membayangkan apabila hal tersebut terjadi…

Aku jadi berpikir keras bagaimana agar situasi ini bisa kembali kondusif, karena bila kubiarkan seperti ini tentu ujung-ujungnya istriku pasti akan ngeh juga kan?

Hal pertama yang muncul dipikiranku saat itu cuma satu, aku sepertinya harus melakukan pendekatan secara persuasif ke dia. Siapa tahu dengan membelikan sesuatu yang menyenangkan hatinya, dia bisa melupakan atau minimal mengalihkan pikirannya dari kejadian tersebut.

Jumat itu sebelum pulang dari kantor, aku minta izin kepada istriku untuk pulang malam karena harus singgah ke rumah temanku dulu di daerah Blok M, padahal rencanaku saat itu sebenarnya ingin membelikan beberapa pasang baju untuk Nia.

Ngubek-ngubek mencari baju yang cocok dan pas untuk seorang wanita ternyata tidak segampang yang aku kira. Duuhh.. sudah beberapa puluh pakaian yang aku pilih2 tapi rasa-rasanya masih belum ketemu yang cocok menurut anggapanku. Beruntung saat itu ada seorang remaja putri yang kira2 seumuran dengan Nia mau membantuku memilih baju yang tepat. Fiuhhh… akhirnya dapat juga apa yang kubutuhkan…

Besoknya ketika istriku pergi keluar untuk hangout bareng teman2nya, tanpa membuang2 waktu aku langsung memanfaatkan situasi tersebut untuk mendekati Nia yang sedang sibuk memasak didapur. Sepertinya dia sedang mempersiapkan menu makan siang untukku.

“Nia, kamu masak apa hari ini?” Tanyaku dengan penuh perhatian.
“Anu,pak, masak ikan tongkol disambelin sama tumis kangkung” jawabnya gelisah.
“Oh ya udah klo begitu.. Eh kamu sudah mandi blom? Kalau sudah nanti habis masak tolong pijetin saya lagi ya? Sudah seminggu nih saya blom dipijet2 lagi sama kamu.”
Kali ini sengaja kutunggu sampai dia menjawab pertanyaanku agar aku bisa melihat seperti apa responnya.
“Iy..iya pak, nanti Nia mandi dulu…” Jawabnya pelan dan terbata2 tanpa memandang ke arahku. Hmmm… Terus terang aku masih meraba2 tentang perasaannya saat itu tapi nantilah pasti akan aku korek2 terus sampai aku tahu seaman apa sebenarnya posisiku saat ini.

Padahal baru 15 menit aku tunggu dia selesai memasak tapi aku sudah tidak sabar saja antara ingin tahu perasaan dia terhadapku dan selain itu tentunya aku juga sudah kangen merasakan jari2 kecilnya bermain dengan adik kecilku. Ahh.. Aku tetap harus menunggu beberapa menit lagi karena dia harus mandi terlebih dahulu. Damnnn…

Bunyi cipratan air kamar mandi membuatku semakin gelisah. Aku benar2 sudah tidak sabar untuk menunggunya lebih lama lagi karena otakku saat itu sudah dipenuhi dengan ide2 gila yang ingin segera aku realisasikan bersama pembantu cantikku ini. Lalu tiba2 ide cemerlang pun muncul. Ku ambil handphone blackberryku dan dengan cepat ku aktifkan fitur video recordingnya. Walau perasaan deg2an karena takut ketahuan, dengan hati2 kuarahkan lensa kamera blackberryku ke atas ventilasi kamar mandi dimana Nia sedang asyik mengguyur tubuh telanjangnya. Shit! Sangking deg2annya aku jadi tidak berani lama2 untuk merekam moment tersebut. Segera ku turunkan tanganku dan kumatikan mode rekamnya untuk mengecek apakah gambar yang kumaksud terekam dengan baik atau tidak. Wow! Ternyata spyshot yg kulakukan itu lumayan sempurna. Bisa kulihat jelas bodynya yg aduhai walau hanya dari belakang. Lalu payudaranya yang montok itu terlihat begitu kenyal dan menggoda sehingga membuat adik kecilku langsung berdiri dengan tegak perkasa.
Ohhh Nia, ingin rasanya ku dobrak pintu kamar mandi ini dan ku entot kamu saat itu juga sayang…

“Saya tunggu di kamar ya!” Teriakku semangat saat Nia baru keluar dari kamar mandi, tapi dia tidak menjawab atau mungkin suaranya terlalu kecil untuk ku dengar saat itu.

Tak berapa lama kemudian Nia sudah berada di kamarku, sedangkan aku sedang berbaring menunggunya.
“Sini kamu sandaran disini” tanganku menunjuk kearah sandaran springbed.
“Tolong pijetin kepala saya dulu ya”.
Tapi tetap tak terdengar sepatah katapun yg keluar dari mulutnya walaupun dia menuruti perintahku itu.

Nia duduk bersandar sedangkan aku dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun langsung merebahkan tubuhku diatas tubuhnya. Kepalaku dengan sengaja kuposisikan tepat diantara kedua payudaranya sehingga bisa kurasakan kembali hangat dan empuknya gunung kembar itu menjepit kedua sisi kepalaku. Emhhhh…. Nyaman dan hangat sekali rasanya…

Nia mulai memijat2 kepalaku dengan kaku. Sepertinya dia memang masih shock dengan kejadian waktu lalu. Aku pun mencoba mencairkan suasana dengan mengajaknya berbicara.
“Ngomong2 kamu sdh punya pacar apa blom Nia?” Tanyaku pelan berharap dia mau meresponnya.
“…Belum Pak…” Jawabnya lambat.
“Tapi sudah pernah pacaran kan?” Tanyaku kembali.
“Kalau pacaran Nia belum pernah pak.. Tapi kalu suka2an iya pernah dulu waktu dikampung..”
“Oh gitu, hmmm.. Padahal kamu kan cantik. Koq ga ada yg nyantol sama kamu?” tanyaku dengan nada penasaran.
“Eeee… ga tahu pak, soalnya saya juga klo ada cowo yg suka yg ada sayanya yg suka kabur” jawabnya dengan malu2.
“Kabur gimana? Di taksir cowo koq kabur? Kamu ini aneh2 aja.” candaku dengan santai. Nia sepertinya mulai terbawa suasana. Obrolan pun terus mengalir dengan lancar. Di sela2 obrolan aku selalu sisipkan pujian2 kecil untuknya dan ternyata pujian2 tersebut mampu membuat Nia merasa lebih nyaman.

Tak terasa sudah hampir 30 menit kami mengobrol. Terus terang, bagiku obrolan ini tidaklah begitu penting dibanding rasa penasaranku akan tubuh Nia. Sepanjang obrolan td aku lebih konsen berpikir bagaimana caranya agar aku dapat menikmati tubuhnya yg aduhai itu. Hmmm… Bingung juga mau mulai dari mana saat itu…

“Nia, saya mau tanya kamu nih. Tolong kamu jawab yg jujur ya” aku bertanya dengan nada sedikit serius.
“Tanya apa pak?” Balasnya penasaran.
“Kamu bohong soal umur kamu ya? Kamu pasti sdh 20 tahunan kan? Hayo kamu ngaku!” Tanyaku melanjuti.
“Engga koq pak, Nia baru 17 tahun sekarang” jawabnya dengan penuh tanda tanya. Mungkin dia heran knp aku bertanya sedemikian rupa.
“Saya perhatikan body kamu itu seperti body anak umur 20 tahunan. Apalagi ini kamu nih! Ukurannya sdh seperti ukuran orang dewasa aja” sambil kepalaku ku miringkan kekiri sampai pipiku menggencet payudara kirinya.
Nia tertawa kecil, dia mungkin merasa geli atau bahkan tersanjung dengan apa yang baru saja aku katakan. Untunglah, tadinya kupikir dia akan marah atau tersinggung.

“Kayanya juga lebih gede dari punya ibu nih?” Tanyaku bercanda sambil kugenggam dan kuremas2 kecil payudara kirinya.
“Ehh… Masa sih pak?” Jawabnya dengan tertawa kecil.
“Iya beneran koq” tangannku kembali meremas2 payudaranya dengan tekanan yang kuberi lebih dari sebelumnya.
Nia kali ini tdk menjawab tapi aku bisa merasakan kalau nafasnya yg td biasa saja kini berubah menjadi seperti terengah2. Hembusan nafas yg keluar dari hidung dan mulutnya menerpa bagian belakang kepalaku sekaligus memberikan rangsangan ketika hawa hangat itu mengenai kupingku yg sensitif. Keheninganpun menjadi tak terhindarkan.

Nia masih saja memijat kepalaku sedangakan aku makin asyik meremas2 payudara kirinya itu.
“Pak… Nia malu kalau bapak begini terus Pak…” Nia tiba2 berkata memecah keheningan dan sekaligus membuyarkan lamunan2 jorok yg sedang memenuhi pikiranku.
“Ah gpp koq Nia… enak kan kan saya ginikan” payudaranya makin kuremas dengan kuat seakan tak peduli dengan perkataannya tadi.
“Empphh… Udah dong pak, Nia mohon..” Balasnya memelas.
“Udah deh Nia, kamu nikmatin aja. Ntar juga kamu pasti ngerasain gini sama pacar atau suami kamu kan?”
“Iya tapi kan… Ohhhmmpphh!” Nia spontan melenguh ketika jariku mencoba menjepit putingnya dari luar bajunya. Agak sulit memang mencari lokasi putingnya dengan kondisi Nia masih memakai baju dan BH, tapi untungnya tebakanku yg meraba2 itu cukup jitu.

Tangannya yg tadinya memijat2 kepalaku kini diam tak bergerak. Terdengar suara rintihan kecil samar2 keluar dari mulutnya ketika aku semakin aktif berusaha memilin2 dan mencubit2 putingnya itu.
“Eshhhhss….”.

Nia sepertinya pasrah menerima rangsangan2 yg kuberikan. Mungkin dia belum pernah mengalami rasa nikmat seperti yang aku berikan saat itu. Akupun tak mau membuang2 waktu lebih lama lagi. Dengan sekejap sudah kusingkap baju kaosnya keatas sebagian, sehingga bagian atas payudara kirinya itu kelihatan jelas di depan wajahku. Oh my god! Ini dia yang kutunggu2 selama ini. Payudaranya terlihat putih, mulus dan padat membuatku tertegun sejenak mengaguminuya.

Ku tarik sedikit BH Nia kebawah sehingga menyembullah putingnya yang ternyata sudah dari tadi berdiri tegak. “Awwwwwuuhhhh… Pakkkkkk” Nia spontan berteriak karena putingnya ku cubit dengan sedikit keras. Bukannya malah kasihan tapi teriakannya itu justru membuat aku menjadi lebih bernafsu. Ku jepit2 dan kupilin2 putingnya lebih agresif lagi sehingga Nia mulai meracau tak karuan.
“Paakkkkk udah donggg Pak!…. Nia ga mauuu diginiin… Ssshhhhhhh…. Awwwwwhhh!!…. Jangannn pakkkk”
Tangan Nia tiba2 mendorong kepalaku yg saat itu baru saja mau mencoba mendekati payudaranya. Tapi apa daya, tangannya yang gemetar itu terlalu lemah untuk mencegahnya.
“Oommhhpphhh!!!!!!!!” Nia melenguh keras ketika mulutku berhasil melumat ujung putingnya yg keras itu. “Oooouhhhhhhhhh!!! Oooooouuahhhh!!!” Teriaknya terus2an seiring hisapan2ku yg penuh dengan nafsu itu beraksi.
Namanya juga pria yang sudah beristri, soal memuaskan pasangan tentu aku sudah pengalaman toh. Nia yg baru pertama kali merasakan secuil dari surga dunia ini tanpa terkecuali juga tetap kuberi layanan kelas satu .

Tangan kiriku mulai bergerilya dengan menyusup kebalik kaos Nia dan akhirnya hinggap di payudara kirinya yang masih terbungkus BH. Kuremas penuh dengan tanganku yang besar sambil mulutku masih sibuk mengulum puting payudara kanannya. Slurrppppp….. Mmmmmm… Sesekali kujilat lalu kesedot kembali dengan tekanan yang bervariasi. Kugigit2 kecil putingnya dan terkadang kusedod habis keseluruhan payudaranya di mulutku. Uahhhhh nikmatnya bukan main…

Sudah tak terdengar lagi teriakan2 yang bernada penolakan kudengar, yang ada sekarang hanyalah desisan2 kecil dan bunyi nafas yang memburu yang keluar dari mulut Nia.Sungguh, aku begitu bernafsu dibuatnya..

Ku berhentikan sejenak aksiku, karena aku penasaran untuk melihat ekspresi wajahnya saat itu. Wooghhh, Nia begitu cantik sekali. Kecantikannya menjadi lebih terlihat. Mungkin ini disebabkan karena ekspresinya yang saat itu sedang menahan kenikmatan yang tiada tara yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Kuperhatikan dahinya mengkerut, matanya hampir terpejam, kedua pipinya merona kemerahan dan lehernya yang jenjang itupun menegang… seksi sekali.

Rasa sayang tiba2 hinggap dalam diriku, entah kenapa akupun mencium keningnya dengan mesra lalu kuciumi juga kedua matanya yang ternyata menyebabkan butiran kecil air mata yang dari tadi terkumpul di sela2 matanya menjadi pecah mengalir dan membasahi pipinya. Ohhh Nia… Andai saja aku bisa jadikan kamu kekasihku…

“Saya sayang sama kamu Nia…” ucapku pelan dan mesra, lalu ku kecup manis bibirnya. Tak kusangka Nia membalas kecupanku walau tidak terlalu kentara. Aku yang tadinya hanya ingin mengecup sebentar kini malah keterusan karena responnya itu. Mmmmmhhhhh… Aku dan Nia akhirnya berciuman dengan mesra layaknya sepasang kekasih.

Nia memang tidak pandai berciuman, tapi justru ketidak pandaiannya itu yang membuat aku semakin ingin menikmati bibirnya lebih lama lagi.

Kubelai rambutnya dan ku elus2 kedua pipinya dengan jari2 ku. Nia sepertinya semakin terlena… Aku bisa merasakan dia menjadi aktif menyedod dan menghisap bibirku. Hmmmmm… Mungkinkah ini adalah ciuman pertamanya?…..

Tidak tahu kenapa tapi berciuman dengan Nia pembantuku yang cantik ini sensasinya sungguh luar biasa berbeda. Setiap air liur yang membasahi rongga bibirnya terasa manis di lidahku membuat aku semakin ganas mengulum dan menyedot2 bibirnya, bahkan sanking nafsunya terkadang kuhisap penuh kedua bibirnya yang kecil itu.

“Mmmmhhh…. Mmmpphhhh” erang nia ketika kuhisap2 lembut lidahnya.

Sama seperti air liurnya, lidah Nia berasa begitu manis sekali. Bingung juga kenapa bisa demikian, tapi sungguh, rasa itu membuat aku seperti anak kecil yg baru pertama kali merasakan manisnya gula-gula saja.

Beberapa saat kemudian ciumanku pun perlahan beralih dari bibir turun lebih kebawah. Kubenamkan wajahku di samping lehernya sambil kuhirup dalam2 wangi yang terpancar dari bagian tubuhnya yg satu ini. Hmmmmmm….. Wangi hangat bodymist beraroma citrus yg sdh bercampur keringatnya memenuhi hidungku membuat aku semakin tenggelam dalam nafsu…. Oh Nia, kamu benar2 bikin aku terbang melayang rasa-rasanya.

Puas menghirup wangi lehernya, lalu kujilat perlahan bagian itu dari bawah keatas membuat Nia mendesah kegelian. “Shhhhhh…. Geliiii paaaaaaaak….”

Lalu ujung lidahku menari2 dengan liar menjelajahi setiap inchi lehernya sampai kebelakang telinganya. Sesekali ku kulum daun telinganya itu dan dengan sengaja kuhembuskan nafasku yg hangat kedalam rongga telinganya hingga membuat Nia mendesah keras dan spontan merangkul leherku dengan erat.

Tangan kananku mulai menyusup disela-sela belakang rambutnya dan ketika jari2ku sudah berada di diatas tengkuknya, ku jambak rambut Nia dan kutarik kepalanya mendongak agar aku bisa menikmati lehernya yang jenjang itu lebih leluasa lagi. “Slurppp… Slurpp” bunyi air liurku yang mulai membanjiri lehernya. Niapun hanya bisa memejamkan mata dan mengerutkan dahinya menahan kegelian dan rangsangan yang bertubi2 dari lidahku yang nakal.

Sambil menikmati lehernya, tangganku kembali turun dan kali ini menyusup dibagian belakang punggunya. Kulepas kaitan BH Nia dan tanpa hitungan satu dua tiga, kusingkap kaos dan BHnya itu sehingga Niapun kini jadi bertelanjang dada. Wuahhhh… Dua gunung kembar padat, putih dan indah itu kini terpampang jelas di hadapanku. Alamaakkkkk….

“Ahhhhhhhhh…. Iiiiiihhhhhhh…. Pakkk…. Geliiiii….auuuhhhhhhhhh!!!!” Teriak Nia. Tubuhnya menggelinjang hebat ketika kedua putingnya yg baru saja kudempetkan dengan kedua tanganku itu ku sedod dengan kuat.
Nia berontak tak karuan, mungkin karena tidak kuat menahan sensasi geli yang dirasakan oleh kedua puting payudaranya yang sedang ku hisap2 dan ku gigit2 secara bersamaan itu.

Nia sudah seperti orang yang kesurupan. Tubuhnya terkadang naik turun seirama dengan sedotan dan kuluman yang kulakukan di kedua putingnya itu. Dahinya berkerut, matanya merem melek dengan cepat dan kedua tanggannya mencengkram erat kedua punggunggku.

“AUuuuuuHhhhhh pakkk…. Sudahhhhh Nia mauuu pipiiiiissss pakkkkkk!!! Aaaaaaahhhhhhhhhhh!!!!” teriaknya dengan keras diiringi dengan naiknya punggung dan merapatnya kedua kakinya. Wooghhh!!! Sepertinya Nia sedang mengalami orgasme pertamanya saat itu…

Nafasnya yang terengah2 dan tubuhnya yang gemetaran kini terbaring lemas dihadapanku. Sesekali kulihat tubuhnya masih berkelojotan menikmati sensasi orgasmenya yang juga masih belum hilang. Oh Nia kamu telah membuat laki-laki seperti aku ini merasa sungguh sangat bangga dan puasss sekali. Menaklukkan seorang wanita diranjang adalah idaman setiap pria didunia ini dan termasuk juga aku tentunya.

Aku jadi sumringah sendiri sambil menatap Nia yang masih terkulai lemas sedangkan adik kecilku sudah mulai berontak meminta jatahnya. Hmmmmm…. Harus ku apain lagi Nia ya…
Nia pembantuku yang cantik masih terbaring lemah di hadapanku. Sengaja kubiarkan dia menikmati sejenak sensasi orgasme pertamanya itu tanpa ku ganggu. Lagipula bila saat itu aku langsung memulai agresiku, belum tentu dia bisa menikmatinya. Toh wanita dan pria tidak jauh berbeda, pasti dia butuh waktu agar titik-titik rangsang ditubuhnya bisa kembali normal dan tidak oversensitif seperti saat itu..

Moment ini kuhabiskan saja dengan menikmat tubuh indahnya yang kini terpampang jelas dihadapanku. Dadanya yang tadi mengacung keras kini agak sedikit terkulai tapi tentu masih tetap indah untuk dilihat. Rambutnya sedikit acak-acakan menutupi sebagian wajahnya. Keringat dengan jelas terlihat membasahi dahi, pipi dan lehernya. Ohhh fuck, sexy sekali melihat kondisinya saat itu. Kalau ada orang yang bilang nudism itu bukanlah suatu karya seni, mungkin dia belum pernah melihat keindahan seperti yang sedang kulihat saat ini dan kalau aku dianggap sebagai pekerja seni, sudah tentu Nia adalah merupakan karya masterpiece yg pernah kubuat selama hidupku….

Setelah mataku puas menikmati, kini saatnyalah adik kecilku ini juga ikut merasakan kenikmatan tubuhnya sebagai penutup. Tapi sebelum itu aku masih penasaran dengan rasa air liur Nia yang sempat kunikmati sebelumnya. Aku masih ingin merasakan rasa manis itu sekali lagi dimulutku.

Kusibak rambut Nia dan kubelai-belai rambutnya itu sejenak… Perlahan wajahku mulai menunduk mendekati wajahnya. Kupalingkan wajahnya yang tadinya mengarah kesamping agar mengahadap ke arah wajahku. Kedua mata Nia masih terpejam tapi bisa kulihat kalau sebenarnya dia juga memandangku dari sela-sela kelopak matanya yang sedikit terbuka.

“Mmmmhhhhhhhh…..” Nia menyambut kembali ciumanku tanpa penolakan. Sepertinya dia juga menikmati sensasi itu. Jadi benar sudah anggapanku kalau Nia merasakan nikmatnya berciuman itu pertama kali ya dari ciuman-ciumanku ini. Tak mau mengecewakan dia, kumainkan lidahku layaknya seorang professional. Sapuan-sapuan lidahku yang mengenai langit-langit mulutnya terkadang membuat dia melenguh tertahan. “Mmppphhhh…. Ummmhhhhppp” Kuhisap-hisap lidahnya, dan kadang kubiarkan juga dia puas melumat-lumat lidahku. Mulutku dan mulutnya kini dibanjiri dengan air liur, sampai-sampai suara ciuman kami itu terdengar cukup keras dari ciuman yang sewajarnya. Ku pegang kedua lehernya agar aku bisa lebih leluasa menikmati bibir dan air liuranya itu. Oh Nia, nikmat sekali air liurmu ini sayang…

Masih aktif berciuman, kedua tanganku sudah mulai bergerilya turun kebawah. Bukan payudaranya kali ini yang kutuju tapi langsung kutarik celana pendeknya itu kebawah. Nia tidak mencegah sama sekali perbuatanku itu jadi dengan sekejap saja, tubuh Nia kini sudah hampir telanjang bulat, hanya celana dalamnya yang berwarna coklat muda itu saja yang masih menutupi bagian paling sensitifnya.

Dengan perlahan jari telunjukku ku arahkan ke vaginanya dan begitu ujung jariku itu menyentuh bagian luar celana dalamnya, Nia langsung berontak seperti kesetrum. Waduh-waduh, sepertinya semua sensasi seksual yang kuberikan ini benar-benar pengalaman pertama buat dia.
Tak peduli dengan tubuhnya yang bergoyang-goyang tak karuan itu, jariku tetap kugesek-gesekan dan kutusuk-tusuk dengan pelan ke arah lipatan bibir vaginanya. Walau hal ini kulakukan dari luar cd-nya namun sensasi kenikmatan yang kuberikan saat itu tetap berasa luar biasa baginya.

“Ooooooouhhhh….. Pakkk…. Geliiii pakkk…. Ouuuuuahhh… Nia ga kuaattt….” Erangnya ketika gesekan dan tusukan-tusukan yang kulakukan itu ku buat menjadi lebih intens. Jariku yg tadinya kering kini sudah mulai basah. CDnya yang tadinya hanya basah sedikit karena orgasme kini sudah seperti orang yang habis pipis di celana saja.

Aku yang sudah mulai bernafsu berat akhirnya mencoba menyibak penutup keperawanannya itu dengan tanganku. Kutarik celana dalamnya kebawah sampai akhirnya Nia benar-benar telanjang bulat, bersih tanpa ada satu helai benangpun menutupi tubuhnya.
Alammaaaakkkk…. Tubuh Nia begitu sempurna, wajahnya yang cantik, payudaranya yang kini kembali kencang dan mencuat lalu vaginanya yang masih muda dan hanya ditumbuhi bulu-buku halus itu membuat adik kecilku berontak hebat minta di lepas dari sangkarnya.

Dengan gerakan terburu-buru ku lepas semua baju dan celanaku sampai akupun jadi telanjang bulat sama sepertinya. Ku putar badanku sehingga wajahku menghadap ke arah vagina Nia dan adik kecilku mengarah ke wajahnya.
Ku sibak kedua pahanya kekiri dan kanan sehingga terlihat jelaslah surga dunia yang selama ini ku nanti-nanti.

Vaginanya yang masih segar itu terlihat merah dan merekah. Bibirnyapun masih rapih tidak bergelambir. Kubuka bibir vaginanya lebar-lebar dengan kedua jari telunjukku agar aku bisa melihat dengan lebih jelas lagi. Oh my God, vaginanya begitu becek dengan cairan bening. Dinding dalam vagina Nia berwarna pink pucat, tak terlihat lubang menuju rahimnya memandakan pembantuku yang cantik ini memang 100% masih perawan. Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa menakjubkan.

Akupun sudah tak kuasa lagi untuk segera menikmati hidangan yang paling istimewa ini. Tapi sebelum itu, adik kecilku yg kini bergantung bebas didepan wajah Nia ku arahkan menuju mulutnya. “Niaaa.. Isepin punya saya yaa” pintaku memelas.
Tak begitu lama adik kecilku itu pun merasakan hangat yg luar biasa ketika Nia mulai memasukkannya kedalam mulutnya. Apalagi kondisi mulutnya saat itu memnag lagi basah2nya sehabis berciuman hot denganku tadi.

Kunikmati sejenak rasa hangat yg sedang menyelimuti batang kemaluanku. “Mmmmmmmmmmmmmmm…. Enak banget Nia!…. kamu sudah pintar ya sekarang… Ouhhhh!…. “.
Mendengar erangan dan sekaligus pujian dariku itu Nia jadi lebih berinisiatif. Di sedotnya kuat kepala adik kecilku sambil dua jarinya yang melingkar di batang kemaluanku di gerakinnya naik turun. Uaaahhhhh nikmatnya bukan main. Mungkin saat itu aku juga sudah mulai basah dengan cairan pelumas yg keluar sedikit demi sedikit di kemaluanku.

Kuluman demi kuluman yang kadang terkesan masih amatir itu justru membuat aku merasakan nikmat yang tiada tara. Siapa bilang kalau kena gigi berarti tidak nikmat??, bagiku sentuhan-sentuhan kecil giginya dibagian kepala dan batang kemaluanku malah ikut menambah sensasi kenikmatan yang sungguh luar biasa. Aku jadi berharap dan menunggu kapan gigitan-gigitan kecil itu kembali menghampiri..

“Enak banget Nia….. Terussss begituu yaa sayang..” Pintaku memelas berharap ada kejutan-kejutan lain yang akan dilakukan Nia untukku.
Perhatianku kini kembali fokus terhadap apa yg dari tadi ada di depanku. Ya, vagina Nia yang becek itu memang masih belum kugarap dari tadi karena keasyikan menikmati kuluman-kulumannya yang super duper hot di adik kecilku ini.

Saat kutundukkan wajahku kearah vaginanya, seketika itu juga wangi khas menusuk hidungku. Kunikmati sebentar dan
“Oooohhmmpppphhhh!!!!!!!!!” Nia tiba-tiba berteriak ketika ujung lidahku menyentuh klitorisnya yang becek itu. Namun karena penisku yang sedang menegang sempurna dimulutnya suaranyapun menjadi tertahan. Kulanjutkan menjilat pelan area seputar klitorisnya sambil terkadang ku kulum-kulum bagian itu. Tubuh nia bergetar hebat, bisa kurasakan dia begitu tak kuasa menahan sensasi yang sedang kuberikan itu, apalagi disaat kedua telunjukku kugunakan untuk menyibak bibir vaginanya dan lidahku dengan ganasnya menyapu setiap senti bagian itu dengan penuh nafsu. Oalahh, Nia berkelonjotan hebat sampai-sampai penisku di gigitnya dengan kuat lalu kedua kakinyapun mengapit kepalaku.

Puas menikmati lezatnya vagina becek Nia, ku cabut penisku dari mulutnya dan kuputar badanku membentuk posisi missionaris.
Kuangkat kedua kakinya keatas lebar-lebar dan ujung kepala penisku pelan-pelan kubebenamkan kearah vaginanya. Oooohhhhhhh fuuuuckkkkk.. Anjeeeengggg… Enak benerrrr sensasi yang kurasakan saat itu.
Namun baru sesenti kepala penisku itu masuk, Nia langsung menahannya dengan kakinya. Dia berontak dan tangannya spontan mendorong perutku menjauh. “Sakittttt Pakkkk!!! Jangannn!! Nia mohonnnn” teriaknya memelas. Aku yang sudah nafsu sampai diubun-ubun boro-boro mempedulikan, mendengarnya saja aku tidak.
Dengan sekuat tenaga kudorong penisku itu masuk kedalam vaginanya. Fuuuuuckkkkk!! Nia kembali menahan laju tubuhku dan kali ini tubuhnya dimundurkannya hingga dorongan penisku itu gagal menjebol dinding keperawanannya.
“Pakkkk jangaaaaannn Nia masih perawannn!! Nia ga mau diginiin sama bapakkkk” teriaknya lagi mengingatkanku. Aku jadi sedikit emosi mendengarnya, apalagi adik kecilku yang baru sedikit merasakan jepitan vaginanya sudah kembali berontak tidak sabar.
“Udahh deh Nia! Ga papa koq! Kamu percaya saja sama saya! Kamu dr td juga suka kan saya beginiin!” tanpa menunggu jawabannya kutarik lagi pinggulnya mendekat dan kepala penisku mulai terbenam kembali dibalik lipatan bibir vaginanya.
“Pakkk Nia mohooonnn… Jangan pakkk…” Nia kembali berteriak, tapi kali ini nada suaranya bergetar lirih. “Bapakk kan tadi bilang sayang sama Nia.. kalau bapak sayang sama Nia, Nia mohon, Nia jangan diginiin ya pak…” Pintanya memelas dengan suaranya yang bercampur dengan isak tangis. Duk!!! Hatiku tiba-tiba seperti dipukul oleh sesuatu benda yang keras. Suara dan kata-kata Nia itu sontak membuatku tersadar tentang perbuatan setan yang akan kulakukan saat itu. Ohhh my… Kepalaku langsung dipenuhi pikiran-pikiran. Bagaimana bila Nia benar-benar kuperawani? Apa nanti aku harus bertanggung jawab? Apa kata istriku nanti kalau dia tahu? Apakah aku nanti tidak dihujat dan dipermalukan habis-habisan kalau seandainya aku harus menikah dengan seorang “pembantu”? Apa yang terjadi dengan kehidupanku selanjutnya???
Shittt!!! Pikiran-pikiran itu benar-benar membuatku sadar seketika! Aku pun terdiam mematung menyadari perbuatanku itu…

Kucabut penisku yang setengah terbenam itu dari vaginanya dan aku pun merebahkan tubuhku disampingnya dengan lesu. Aku sudah ill fill dengan diriku sendiri….

Pandanganku menewarang kosong. Aku berar-benar tidak dapat berpikir lagi..
Ku biarkan Nia disampingku. Tak kuperhatikan lagi apa yang sedang dilakukannya. Mau memakai bajunya, atau langsung keluar dari kamarkupun aku sudah tak peduli lagi…

Tak kusangka, Nia tiba-tiba memeluk dan menyandarkan wajahnya diatas dadaku… Aku kaget juga dengan apa yang dia lakukan saat itu. Nia apa yang sedang ada dipikiranmu saat itu??

Nia tak bersuara sedikitpun tapi wajahnya masih menempel hangat diatasku. Ohhhh tindakannya itu membuat hatiku merasa menjadi lebih tenang. Rasa bersalahkupun berangsur-angsur mulai menghilang. Bisa kurasakan ada kasih sayang yang terpancar dari bahasa tubuhnya itu…

Oh Nia, aku jadi betul-betul jatuh hati sama kamu sayang….

Ku belai rambutnya dan kukecup keningnya dengan mesra. “Nia, terimaksih ya kamu sudah bikin saya sadar…. ” Ucapku dengan nada penuh penyesalan.
Nia tidak menjawab, tapi bisa kurasakan pelukannya menjadi lebih kencang dan wajahnya semakin dibenamkan diatas dadaku\

Ternyata Pembantuku Masih Perawan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment